Arti, Keutamaan dan Tata Cara Berdzikir
Cinta Dzikir. |
Imam Nawawi mengatakan bahwa dzikir itu dapat
dilakukan dengan hati atau dengan lisan. Akan tetapi lebih afdhal bila
dilakukan dengan keduanya. Namun, bila ingin memilih diantara kedua hal itu,
maka lebih afdhal bila dilakukan dengan hati. Di samping itu tidak layak bagi
seseorang untuk meninggalkan dzikir dengan lisan dan hati hanya karena kuatir
dituduh riya (pamer). Jadi, dzikir dengan hati dan lisan itu harus tetap
dilakukan dengan niat semata-mata karena Allâh swt.. (Al-Adzkar hal. 6). Namun, Imam Nawawi juga menegaskan bahwa yang dimaksud
dzikir di sini ialah hadirnya hati. Maka sudah sepantasnya bagi setiap orang
yang melakukan dzikir untuk menyadari bahwa itulah tujuannya sehingga timbul
keinginan untuk meraih hasilnya dengan mentadabbur ucapan-ucapan dzikirnya
serta memikirkan makna-maknanya. Karena tadabbur atau tafakkur (merenung) dalam
berdzikir merupakan keharusan sebagaimana ketika ia membaca Al-Qur-ân karena
kedua-duanya memiliki maksud dan tujuan yang sama. (Al-Adzkar hal. 9)
Keutamaan Dzikir
1. Allah memerintahkan manusia agar banyak berdzikir. Firman-Nya
(Q.S. Al-Ahzab: 41-42): يَـٰٓأَيُّہَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرً۬ا كَثِيرً۬ا (٤١) وَسَبِّحُوهُ
بُكۡرَةً۬ وَأَصِيلاً (٤٢) Hai
orang-orang yang beriman, berzikirlah [dengan menyebut nama] Allah, zikir yang
sebanyak-banyaknya. (41) Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan
petang. (42)
2. Allah akan mengingat orang yang mengingat (berdzikir)
kepada-Nya: فَٱذۡكُرُونِىٓ
أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡڪُرُواْ لِى وَلَا تَكۡفُرُونِ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat
[pula] kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
[ni’mat] -Ku. (Q.S. Al-Baqarah: 152
3. Allah telah menetapkan ahli dzikir
sebagai golongan istimewa dan terkemuka. Sabda Rasulullah saw. "
Telah majulah orang-orang istimewa !" Tanya mereka: siapakah orang-orang
istimewa itu ?" Ujarnya: "Mereka adalah orang-orang yang berdzikir
kepada Allah, baik laki-laki maupun wanita." (Riwayat Muslim).
4. Orang-orang yang berdzikir pada hakikatnya orang yang hidup. Diterima dari Abu Musa bahwa Nabi saw. bersabda: "Perumpamaan orang-orang yang berdzikir kepada
Allah dengan yang tidak adalah sepe: "Yaitu berdzikir kepada Allah!" (Diriwayatkan oleh Turmdzi dan Ahmad, juga oleh Hakim yang menyatakan isnadnya sah).
5. Dzikir merupakan jalan kebebasan dari siksa. Dari Mu'adz r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: "Tidak satu pun amal yang dikerjakan oleh anak
cucu Adam, yang lebih membebaskannya dari siksa Allah daripada dzikir kepada
Allah 'azza wajalla." (Riwayat Ahmad).
6. Dan menurut riwayat Ahmad pula, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya apa-apa yang kamu sebut waktu
berdzikir tentang keagungan Allah, baik berupa tahlil, takbir dan tahmid, akan
beredar kelilng 'arasy dan mendengungkan bagai dengungan lebah menyebutkan
irama orang yang mengucapkannya. Nah , tidak sukakah kamu memiliki sesuatu yang
akan mengumandangkan namamu itu ?"
Batasan Bilangan Berdzikir
Allah
menitahkan kita agar dzikir kepada-Nya sebanyak-banyaknya. Orang-orang
yang berakal dapt menarik manfaat dari merenungkan tanda-tanda
kebedaran-Nya, dilukiskan-Nya sebagai berikut. ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَـٰمً۬ا وَقُعُودً۬ا وَعَلَىٰ
جُنُوبِهِمۡ
[yaitu] orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring (Q.S.Ali-Imran: 191).
Dan firman-Nya pula: وَٱلذَّٲڪِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرً۬ا وَٱلذَّٲڪِرَٲتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ
لَهُم مَّغۡفِرَةً۬ وَأَجۡرًا عَظِيمً۬ا
"laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut [nama]
Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar." (Q.S. Al-Ahzab: 35)
Menurut Mujahid,
tidak dapat dikatakan banyak berdzikir, kecuali bila seseorang itu
dzikir kecuali bila seseorang itu berdzikir kepad Allah, baik di waktu
berdiri, duduk dan berbaring. Dan ketika Ibnul Shalah ditanya mengenai sampai berapa jumlahnya seseorang itu dikatakan banyak berdzikir, dijawabnya: "Ialah
jika seseorang itu terus-menerus menyebut dzikir-dzikir baik siang
mauupun malam, pagi atu petang, dalam saat-saat dan keadaan yang
beraneka ragam." Ibnu Abbas berucap : "Allah
Ta'ala tidak mewajibkan sesuatu atas hamba-Nya, kecuali dengan
memberikan batasan tertentu, sedang bagi yang uzur diberikan
kelonggaran, kecuali berdzikir. Mengenai ini Allah tidak memberikan
batas dimana seseorang harus berhenti. Dan Allah tidak memberikan batas
di man sesuatu ke-uzuran buat meninggalkannya."
Adab Berdzikir
Tujuan
berdzikir ialah menyucikan jiwa dan membersihkan diri serta membangunkan
nurani. Hal inilah yang disyaratkan oleh ayat yang mulia:
وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ
ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَڪۡبَرُۗ
"... Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
[perbuatan-perbuatan] keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah
[shalat] adalah lebih besar [keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain]. (Q.S. Al-Ankabut: 45).
Maksudnya, buat
mencegah perbuatan keji dan munkar, dzikir kepad Allah itu lebiih ampuh
lagi dari shalat. Sebabnya ialah karena orang yang dzikir itu, demi
hatinya terbuka terhadap Tuhan-Nya dan lidahnya lancar menyebut-Nya,
hingga keimanannya akan bertambah, keyakinannya akan berlipat
ganda,dengan demikian hatinya akan tenteram dan puas menerima kebenaran,
sebagaimana firman-Nya:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ
أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ
[yaitu] orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah
hati menjadi tenteram. (Q.S.Ar-Rad: 28)
Allah telah memberikan bimbingan mengaenai tata tertib yang harus dituruti seseorang bila ia sedang berdzikir, firmanNya:
وَٱذۡكُر رَّبَّكَ فِى نَفۡسِكَ تَضَرُّعً۬ا وَخِيفَةً۬ وَدُونَ
ٱلۡجَهۡرِ مِنَ ٱلۡقَوۡلِ بِٱلۡغُدُوِّ وَٱلۡأَصَالِ وَلَا تَكُن مِّنَ
ٱلۡغَـٰفِلِينَ
" Dan sebutlah [nama] Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (Q.S. Al-A'raf: 205).
- Ayat tersebut memberi pertanda bahwa dzikir itu disunatkan secara sir, artinya dengan tidak mengeraskan suara.
- Rasulullah saw. pernah mendengar segolongan manusia yang berdo'a dengan suara keras dalam satu perjalanan, maka sabdanya: "Hai manusia! pelan-pelanlah dalam bersuara, karena kamu tidaklah menyeru orang-orang yang tuli atau di tempat yang jauh . Yang kamu seru itu Maha Mendengar lagi Mahadekat, bahkan lebih dekat lagi kepadamu dari leher kendaraanmu!"
- Juga petunjuk agar dalam berdzikir itu seseorang hendaklah bersikap dalam keadaan harap-harap cemas.
- Diantara tata tertibnya lagi ialah agar orang-orang yang berdzikir itu bersih pakaian dan suci badan serta harum baunya, karena demikian akan menambah kegairahan, di samping sedapat mungkin menghadap kiblat. Karena sebaik-baik Majelis ialah yang menghadap kepada kiblat itu.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ
ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ “Maha suci Engkau ya
Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan
Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar